Dengan ramuan musik yang rancak serta
basis penggemar yang besar, pada perjalanan karir selanjutnya, The
S.I.G.I.T menjadi incaran dari berbagai label musik. Pilihan mereka lalu
jatuh kepada FFCUTS, sebuah divisi khusus musik rock dari label FFWD
yang dikenal sukses menaungi band Mocca. Di bulan Desember 2006, The
S.I.G.I.T akhirnya merilis debut album penuh mereka yang bertajuk Visible
Idea of Perfection. Tidak berapa lama, sebuah label asal
Australia, Caveman juga tertarik untuk merilis album The S.I.G.I.T di
negeri kangguru. Maka pada bulan Juni 2007, album Visible Idea of
Perfection resmi beredar di seluruh Australia. Dan untuk mendukung
promo album, pada tahun yang sama, The Sigit menggelar tur selama
sebulan penuh dimana mereka bermain di sembilan kota dan tampil di 16
panggung berbeda.
Setelah itu, nama The S.I.G.I.T kian
bergaung di dunia internasional. Di tahun 2008 mereka diundang tampil
dalam salah satu festival musik terbesar di Amerika Serikat, South by
Southwest (SXSW) di Texas. Namun karena bermasalah dengan visa, maka
kepergian mereka akhirnya ditunda hingga tahun 2009 dimana mereka tidak
hanya tampil dalam festival SXSW, namun juga tampil di panggung-panggung
pada kota Los Angeles dan San Fransisco.
Banyak pengalaman dan pelajaran yang dipetik oleh mereka selama perjalanan ke luar negeri. “Kesan yang paling bersisa adalah pengalaman mengamati pola kerja band disana. Bagaimana mereka menjalani sebuah tur, mempersiapkan diri mereka, penampilan mereka. Banyak hal yang kami pelajari dalam hal-hal terebut. Mereka sangat sistematis. Mungkin karena infrastruktur industri hiburan dan musik sudah mapan sehingga segalanya seperti memudahkan musisi dalam bekerja. Di sana seorang musisi atau band tidak perlu pusing dengan masalah sepele seperti venue, peralatan, ketepatan waktu, keamanan, equipment dan hal kecil lainnya. Mereka hanya dipusingkan oleh masalah bagaimana membuat lagu yang bagus dan bagaimana menampilkan sebuah pertunjukkan yang menarik. Makanya mereka terlihat lebih fokus dengan apa yang mereka kerjakan,” jelas Rekti panjang lebar.
Antara Materi dan Kesuksesan
Banyak pengalaman dan pelajaran yang dipetik oleh mereka selama perjalanan ke luar negeri. “Kesan yang paling bersisa adalah pengalaman mengamati pola kerja band disana. Bagaimana mereka menjalani sebuah tur, mempersiapkan diri mereka, penampilan mereka. Banyak hal yang kami pelajari dalam hal-hal terebut. Mereka sangat sistematis. Mungkin karena infrastruktur industri hiburan dan musik sudah mapan sehingga segalanya seperti memudahkan musisi dalam bekerja. Di sana seorang musisi atau band tidak perlu pusing dengan masalah sepele seperti venue, peralatan, ketepatan waktu, keamanan, equipment dan hal kecil lainnya. Mereka hanya dipusingkan oleh masalah bagaimana membuat lagu yang bagus dan bagaimana menampilkan sebuah pertunjukkan yang menarik. Makanya mereka terlihat lebih fokus dengan apa yang mereka kerjakan,” jelas Rekti panjang lebar.
Antara Materi dan Kesuksesan
Sementara itu apa yang terjadi di
kehidupan para personil The S.I.G.I.T itu sendiri hingga saat ini mereka
belum tentu bisa 100 persen fokus terhadap kegiatan bermusik yang
mereka cintai. Yang menjadi dasar, tentunya faktor penghasilan yang
belum bisa menghidupi secara keseluruhan. Karena itu di sela-sela
kegiatan bermusik, beberapa personil The S.I.G.I.T masih ‘harus’
menjalani kegiatan pekerjaan lainnya.
Rekti mengakui bahwa keinginan untuk
menjadi full time musician itu sebenarnya telah ada di
benak mereka. “Alangkah indahnya kalau kami bisa menjadikan band
sebagai full time. Kenyataannya tidak semudah yang dibayangkan.
Penghasilan yang didapat dari band saat ini masih menjadi pendukung
untuk mengemban inventaris peralatan. Uang yang kami dapat dari band
biasanya digunakan untuk beli peralatan musik dalam rangka mendukung
pembuatan lagu yang kami idam-idamkan. Saya jadi teringat wejangan dari
seseorang yang pernah bilang ‘usaha dulu yang tekun, uang pasti
menyusul.’ Kalau mikir uang terus jadinya stres. Selama masih bisa
ngeband tanpa harus menjual barang, saya pribadi sih enggak
apa-apa. Lagi pula saya pribadi enggak punya hasrat terhadap harta yang
berlebih. Kalau kaya pun pasti uangnya buat beli alat musik atau
piringan hitam. Jadi menurut saya, saat ini tahap band kami adalah full
time musician for musical purpose dan another job for another
purpose.”
Dengan berbagai penghargaan dan
popularitas yang mereka dapat sejauh ini, The S.I.G.I.T mengaku masih
berusaha keras untuk dapat menghasilkan karya sebagus mungkin. Karena
mereka merasa masih belum puas dengan apa yang telah dihasilkan selama
ini. “Yang pasti kita nggak pengen cepet puas karena kalau udah puas
akan kehilangan tujuan.”
Bagi The S.I.G.I.T definisi sukses bagi
sebuah band bukan hanya dinilai dari materi. Sukses bisa berasal dari
berbagai unsur lain selain materi. Dari awal terbentuk, mereka menjalani
karir musik ini tanpa ambisi yang besar. Bagi mereka, lebih baik fokus
berkarya dan terus bertahan daripada hanya memikirkan bagaimana bisa
mendapatkan uang yang banyak dari bermain band. Menurut Rekti, “Kalau
ngeband dengan persepsi suksesnya materi, lebih baik cari kerjaan lain
aja.”
http://thesigit.com/
http://www.myspace.com/thesigit
http://twitter.com/thesigit
http://thesigit.com/
http://www.myspace.com/thesigit
http://twitter.com/thesigit
Discography
Albums
Albums
Visible Idea of Perfection (2006 on
FFCUTS Records/2007 on Caveman! Records/ Reverberation)
EPsSelf Titled (2004 on Spills Records)[7]
Self Titled (2007 on Caveman! Records/ Reverberation)[8][9]
Hertz Dyslexia Part.1 (June 2009 on FFCUTS Records, includes DVD)[10][11]
Compilations/Soundtracks
Catatan Akhir Sekolah movie soundtrack (2005)
Radit dan Jani movie soundtrack (2008)
No comments:
Post a Comment